Pendekatan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendekatan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pembelajaran
Dosen Pembimbing : M. Bayu Firmansyah, M. Pd.
Disusun Oleh:
Nama: Aprilia Wulandari
Prodi: Pendidikan Bahasa Indonesia 2016 A
NIM: 16188201021
STKIP PGRI PASURUAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016 A
OKTOBER 2017
Pendekatan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
A. Pendekatan Linguistik Tradisional Dalam PBIUntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pembelajaran
Dosen Pembimbing : M. Bayu Firmansyah, M. Pd.
Disusun Oleh:
Nama: Aprilia Wulandari
Prodi: Pendidikan Bahasa Indonesia 2016 A
NIM: 16188201021
STKIP PGRI PASURUAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016 A
OKTOBER 2017
Pendekatan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Kedua jenis ini banyak dibicarakan orang sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Adapun terbentuknya tata bahasa tradisional ini telah melalui masa yang sangat panjang yaitu:
1. Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. jadi, kutang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi prtentangan para linguis pada waktu itu adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali.
a. Kaum Sophis
b. Plato
c. Aristoteles
d. Kaum Stoik
e. Kaum Alexandrian
2. Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman yunani, sejarah jatuhnya Yunani, dan munculnya zaman Romawi:
a. Varro dan “De Lingua Latina”
b. Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
3. Zaman Pertengahan
a. Kaum Modistae
b. Tata Bahasa Spekulativa
c. Petrus Hispanus
4. Zaman Renaisans
Dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang menonjol:
a. Penguasaan bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu (Latin, Yunani, Ibrani, Arab).
b. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.
5. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya.
Linguistik tradisional mampu bertahan ratusan tahun dalam studi kebahasaan. Bahkan, para linguis maupun para ahli pengajaran bahasa belum dapat disebut sebagai linguis atau ahli pengajaran bahasa jika belum memahami linguistik tradisional.
Linguistik tradisional berhasil mendeskripsikan ruang lingkup kajian bahasa meliputi:
a. Fonologi
b. Morfologi
c. Sintaksis
d. Semantik
B. Pendekatan Linguistik Struktural Dalam PBI
Linguistik struktural di pelopori oleh Ferdinan de Sausure. Sejak linguistik struktural berkembang dan berdiri sebagai disiplin ilmu yang otonom, pengaruh linguistik tradisional terhadap kajian bahasa dan pembelajaran bahasa mulai pudar, pengaruh linguistik struktural semakin menguat. Identifikasi bahasa para linguistis, objek dan rasional. Linguistik struktural berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu.
Deskripsi bahasa dipandang lebih linguistis karena bertolak pada bahasa itu sendiri. Hal ini dibeda dengan linguistis tradisional yang mengidentifikasi bahasa berdasarkan ilmu filsafat sehingga identifikasinya bersifat normatif dan filosofis. Identifikasi bahasa berdasarkan linguistik struktural yang dianggap sebagai hasil penting dari linguistik struktural adalah teori dikotomi bahasa. Artinya, bahwa bahasa dapat dikotomikan secara berpasang-pasangan, seperti :
1. Langue dan Parole
Langue yang dimaksud oleh kaum struktural didefinisikan sebagai pengetahuan seseorang mengenai bahasanya. Pengetahuan dan penguasaan kaidah bahasa termasuk dalam pengalaman langue ini. Sedangkan parole adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa berdasarkan kaidah bahasanya.
2. Paradigmatik dan Sintagmatik
Paradigmatik merupakan susunan bunyi bunyi satu dengan bunyi lain yang membentuk kata dan memiliki perbedaan makna dari unsur bunyi yang digunakan.
3. Sinkronik dan Diakronik
Sinkronis adalah kajian bahasa pada satu kesatuan waktu yang sama dalam pemakaianbahasa yang berbeda-beda. Sedangkan diakronik adalah studi bahasa dalam kurun waktu yang berbeda.
4. Signifiant dan Signifie
Setiap tanda atau tanda linguistik dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant dan komponen signifie. Yang dimaksud denga komponen signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.
C. Penerapan Pendekatan Linguistik terhadap PBI
Sebagai salah satu cara memahami puisi, pendekatan linguistik banyak sekali variasinya, seperti yang dikenal dengan teori teks, pendekatan linguistik model Yunus, pendekatan stalistika dan sebagainya (Jabrohim, 1994:35).
Sofin Hadi (1993 :258) berpendapat, pendekatan linguistik adalah suatu model pendekatan pembelajaran apresiasi puisi dengan mamahami pertalian kata dalam tiap baris bait. Pemahaman ini dilakukan dengan cara memparafrasekan kata dalam baris melalui penjedaan, pemberian tanda baca. Setelah dilakukan penjedaan, maka prosakanlah puisi itu baris demi baris dan bait demi bait, sehingga menjadi sebuah cerita. Dengan demikian makna puisi akan lugas, mudah dimaknai.
1.Pengertian Apresiasi Puisi
Pengertian apresiasi puisi pada dasarnya sama dengan apresiasi sastra, namun bidang kajiannya lebih spesifik. Mengapresiasi puisi berarti menggauli puisi sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi. Menurut Jabrohim (1994: 16) proses mengapresiasi dalam pembelajaran puisi dibagi menjadi empat tingkatan, sebagai berikut:
a.Tingkat meggemari: yaitu ditandai adanya rasa tertarik terhadap karya puisi serta keinginan untuk membacanya.
b.Tingkat menikmati: yaitu seseorang mulai dapat menikmati puisi. Pada tingkat ini sudah mulai mengenali, memahami, dan merasakan serta mengambil makna sehingga menimbulkan kepuasan dan kekaguman terhadap penyair.
c.Tingkat mereaksi: pada tingkat ini ditandai adanya ingin mereaksi, menyatakan pendapat tentang sebuah karya yang telah dinikmatinya. Pada tingkat ini daya intelektual mulai bekerja. Mulai bertanya-tanya megapa penyair mengungkapkan hal itu? Adakah hal tersembunyi di balik ungkapan itu? dan seterusnya.
d.Tingkat produktif: pada tingkat ini orang mulai menghasilkan karya-karya.
2.Unsur-unsur Pembangun Puisi
Menurut Herman J. Waluyo (1991:70) bahwa puisi dibangun oleh dua struktur, yaitu strukrur luar dan struktur dalam puisi. Tarigan (1986:27) mempertegas struktur luar puisi meliputi; diksi, imajinasi, kata nyata, dan ritme. Sedangkan struktur dalam meliputi; tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Bertolak pada pendapat di atas, puisi dibangun oleh dua unsur yaitu struktur luar (fisik) dan struktur dalam (batin) puisi atau metode puisi dan hakikat puisi.
3.Analisis Masalah
Dalam pembelajaran puisi banyak dijumpai berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi dalam pembelajaran puisi yakni kurang diminati oleh peserta didik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a.Guru
Keberhasilan proses pembelajaran ditandai oleh respon peserta didik, sehingga terjadi interaktif yang menghasikan proses pembelajaran yang dinamis. Pembelajaran puisi yang kurang diminati siswa disebabkan oleh guru yang tidak jeli dalam memilih metode, pendekatan dan strategi pembelajaran. Pemilihan metode, pendekanan dan strategi pembelajaran yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b.Media
Media pembelajaran dapat memberikan stimuli pada peserta didik. Pembelajaram puisi kurang diminati karena guru tidak pernah menampilkan media, misalnya gambar, model pembacaan puisi (CD), yang ditampilkan melalui infokus dan berbagai media yang dapat memberikan stimuli.
c.Relevansi Materi Pembelajaran
Pemilihan materi yang relevan sangat penting dalam sebuah pembelajaran. Dalam kenyataannya guru menyajikan materi pada peserta didik dengan dipaksakan tanpa memikirkan kemampuan peserta didik.
4.Pemecahan Masalah
Sebagai upaya pemecahan terhadap masalah-masalah dalam pembelajaran puisi adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya memilih metode, pendekatan dan strategi yang tepat dalam pembelajaran puisi. Salah satu upaya dalam meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran puisi yaitu pendekatan linguistik dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
-Menerangkan hubungan kata atau kelompok kata dalam baris atau bait puisi. Pada langkah ini dijelaskan bagaimana cara mencari hubungan kata demi kata atau hubungan dengan kelompok kata. Misalnya pada kutipan puisi berikut:
Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang/ Biar peluru menembus kulitku/ Luka dan bisa kubawa berlari/ Berlari/ hingga hilang pedih peri/Dan aku lebih tidak peduli/aku mau hidup seribu tahun lagi.
-Mencari makna konotasi (makna pinjaman), sehingga makna itu menjadi jelas dan lugas.
Menerangkan struktur dalam puisi, yang meliputi tema perasaan, nada dan suasana, dan amanat.
-Menerangkan struktur luar puisi, meliputi diksi, kata konkret, rima dan ritme.
-Menginterpretasikan puisi dan mempresentasikannya di depan kelas.
b. Guru hendaknya memilih media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, misalnya dengan memutar CD, infokus dan media-media lain yang dianggap relevan.
c. Guru hendaknya memilih materi pembelajaran yang relevan dengan peserta didik, sehingga materi dapat dipahami dan pembelajaran akan bermakna.
Pengertian apresiasi puisi pada dasarnya sama dengan apresiasi sastra, namun bidang kajiannya lebih spesifik. Mengapresiasi puisi berarti menggauli puisi sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi. Menurut Jabrohim (1994: 16) proses mengapresiasi dalam pembelajaran puisi dibagi menjadi empat tingkatan, sebagai berikut:
a.Tingkat meggemari: yaitu ditandai adanya rasa tertarik terhadap karya puisi serta keinginan untuk membacanya.
b.Tingkat menikmati: yaitu seseorang mulai dapat menikmati puisi. Pada tingkat ini sudah mulai mengenali, memahami, dan merasakan serta mengambil makna sehingga menimbulkan kepuasan dan kekaguman terhadap penyair.
c.Tingkat mereaksi: pada tingkat ini ditandai adanya ingin mereaksi, menyatakan pendapat tentang sebuah karya yang telah dinikmatinya. Pada tingkat ini daya intelektual mulai bekerja. Mulai bertanya-tanya megapa penyair mengungkapkan hal itu? Adakah hal tersembunyi di balik ungkapan itu? dan seterusnya.
d.Tingkat produktif: pada tingkat ini orang mulai menghasilkan karya-karya.
2.Unsur-unsur Pembangun Puisi
Menurut Herman J. Waluyo (1991:70) bahwa puisi dibangun oleh dua struktur, yaitu strukrur luar dan struktur dalam puisi. Tarigan (1986:27) mempertegas struktur luar puisi meliputi; diksi, imajinasi, kata nyata, dan ritme. Sedangkan struktur dalam meliputi; tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Bertolak pada pendapat di atas, puisi dibangun oleh dua unsur yaitu struktur luar (fisik) dan struktur dalam (batin) puisi atau metode puisi dan hakikat puisi.
3.Analisis Masalah
Dalam pembelajaran puisi banyak dijumpai berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi dalam pembelajaran puisi yakni kurang diminati oleh peserta didik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a.Guru
Keberhasilan proses pembelajaran ditandai oleh respon peserta didik, sehingga terjadi interaktif yang menghasikan proses pembelajaran yang dinamis. Pembelajaran puisi yang kurang diminati siswa disebabkan oleh guru yang tidak jeli dalam memilih metode, pendekatan dan strategi pembelajaran. Pemilihan metode, pendekanan dan strategi pembelajaran yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b.Media
Media pembelajaran dapat memberikan stimuli pada peserta didik. Pembelajaram puisi kurang diminati karena guru tidak pernah menampilkan media, misalnya gambar, model pembacaan puisi (CD), yang ditampilkan melalui infokus dan berbagai media yang dapat memberikan stimuli.
c.Relevansi Materi Pembelajaran
Pemilihan materi yang relevan sangat penting dalam sebuah pembelajaran. Dalam kenyataannya guru menyajikan materi pada peserta didik dengan dipaksakan tanpa memikirkan kemampuan peserta didik.
4.Pemecahan Masalah
Sebagai upaya pemecahan terhadap masalah-masalah dalam pembelajaran puisi adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya memilih metode, pendekatan dan strategi yang tepat dalam pembelajaran puisi. Salah satu upaya dalam meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran puisi yaitu pendekatan linguistik dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
-Menerangkan hubungan kata atau kelompok kata dalam baris atau bait puisi. Pada langkah ini dijelaskan bagaimana cara mencari hubungan kata demi kata atau hubungan dengan kelompok kata. Misalnya pada kutipan puisi berikut:
Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang/ Biar peluru menembus kulitku/ Luka dan bisa kubawa berlari/ Berlari/ hingga hilang pedih peri/Dan aku lebih tidak peduli/aku mau hidup seribu tahun lagi.
-Mencari makna konotasi (makna pinjaman), sehingga makna itu menjadi jelas dan lugas.
Menerangkan struktur dalam puisi, yang meliputi tema perasaan, nada dan suasana, dan amanat.
-Menerangkan struktur luar puisi, meliputi diksi, kata konkret, rima dan ritme.
-Menginterpretasikan puisi dan mempresentasikannya di depan kelas.
b. Guru hendaknya memilih media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, misalnya dengan memutar CD, infokus dan media-media lain yang dianggap relevan.
c. Guru hendaknya memilih materi pembelajaran yang relevan dengan peserta didik, sehingga materi dapat dipahami dan pembelajaran akan bermakna.
Komentar
Posting Komentar