ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA DAN BERSASTRA

ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA DAN BERSASTRA

Disusun Oleh:
Nama: Aprilia Wulandari
Prodi: Pendidikan Bahasa Indonesia 2016 A
NIM: 16188201021

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd



STKIP PGRI PASURUAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2019

A. ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan
Mendengarkan merupakan proses kegiatan memdengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresisasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
       Kemampuan mendengarkan merupakan bagian yang penting yang tidak dapat di abaikan dalam pembelajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaranya adalah penguasaan kemampuan bahasa selengkapnya. Kemampuan memdengarkan terkait dengan kemampuan untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan. Kemampuan memahami makna bahasa lisan itulah yang merupakan sasaran dari tes mendengarkan.
       Penyusunan asesmen menyangkut aspek kognitif secara berjenjang. Tingkatan asesmen kemampuan mendengarkan dapat digolongkan atas :
a) Asesmen mendengarkan tingkat ingatan
b) Asesmen mendengarkan tingkat pemahaman
c) Asesmen mendengarkan tingkat penerapan
d) Asesmen mendengarkan tingkat analisis
e) Asesmen mendengarkan tingkat sintesis
f) Asesmen mendengarkan tingkat evaluasi
       Asesmen mendengarkan diselenggaraka dengan mendengarkan wacana lisan sebagai bahan asesmen. Beberapa bentuk asesmen memdengatkan adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi peristiwa atau kejadian 
b) Identifikasi tema cerita 
c) Identifikasi topik percakapan
d) Menjawab pertanyaanwacana
e) Merumuskan inti wacana
f) Menceritakan kembali 

2. Asesmen Keterampilan Berbicara
       Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengespresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka si pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin di komunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Dengan sedemikian berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif-produktif.
       Bentuk pengajaran berbicara dapat bersifat terkendali dengan isi dan jenis wacana yang ditentukan atau di batasi atau dapat  bersifat bebas bergantung  pada keinginan  dan kreatifitas pembicara. Bentuk-bentuk asesmen berbicara tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Berbicara singkat berdasarkan gambar, asesmen ini meminta peserta tes untuk berbicara singkat.
b) Wawancara, asesmen ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan pada peserta tes.
c) Menceritakan kembali, setelah peserta tes dibacakan sebuah teks kemudian ia menceritakan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri.
d) Pidato atau berbicara bebas,  guru mempersilakan tes untuk memilih topik yang ditawarkan kemudian menyusun menjadi pokok-pokok pikiran.
e) Percakapan terpimpin, guru menceritakan suatu situasi percakapan dengan topik tertentu.
f) Diskusi, membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberi topik diskusi yang berbeda kemudian guru mengadakan evaluasi pada masing-masing kelompok untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.

3. Asesmen Keterampilan Membaca
       Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang meliputi proses fisik dan psikologis. Sesuai dengan hakikatnya membaca sebagau suatu proses, pembelajaran membaca, baik pembelajaran membaca permulaan maupun pembelajaran membaca lanjut dilaksanakan agar anak menguasai proses membaca. 
       Tingkatan kognitif dalam asesmen kemampuan membaca dapat dibuat secara berjenjang. Taksonomi Bloom pada domain kognitif berupa enam tingkat kognisi, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari taksonomi ini, dapat disusun taksonomi membaca menjadi tingkat literal, interpretatif, dan kritis/ kreatif. Membaca literal meliputi:
a) Membaca Literal
Dengan memakai taksonomi dari Blooms, terdapat dua tingkat pemahaman literal: pengetahuan dan pemahaman. Pada tingkat pengetahuan, siswa mengaku fakta-fakta dan pendukungnya dengan memakai kata-kata yang dipakai pengarang. Siswa mengetahui fakta-fakta (siapa?, apa?, kapan?, dimana?). 
Tingkat kedua pemahaman literal adalah comprehension (pemahaman). Siswa mengingat apa yang telah ditulis namun mereka menjawab dengan kata-kata yang berbeda dari yang dipakau oleh pengaran. 
b) Membaca Interpretatif
Pada tingkat interlretatif, pikiran menjadi suatu pabrik produksi. Pikiran bisa membantu mengidentifikasi hubungan antara pengalaman (aktual dan pengalaman orang lain). Bloom menyebut tingkat ini sebagau applied level (tingkat penerapan). Siswa dapat menerapkan aturan atau proses pada problem (atau ide-ide pada situasi baru), karena itu siswa bisa menentukan suatu jawaban yang betul. 
c) Membaca Kreatif/ Kritis
Selama membaca kritis/kreatif, pikiran tetap menjadi pabrik produksi. Hal itu membantu menganalisis, memproduksi, dan memutuskan. Bloom mengidentifikasi tiga kategori ini: analisis, sintesis, dan evaluasi. 
Pada tingkat analisis, siswa mendeteksi fakta dari opini, teknik propaganda, dan kesalagan penalaran. Siswa dapat mengidentifikasi motif atau alasan terjadinya sesuatu. Siswa dapat pula menilai kualifikasi sumber informasi. Siswa juga dapat menentukan bukti untuk mendukung suatu kesimpulan, inferensi, atau generalisasi, mengambil kesimpulan serta mengidentifikasi motif dan sebab-sebabnya. 
Pada tingkat sintesis, siswa mengumpulkan informasi. Siswa menghasilkan komunikasi orisinal, membuat predikai, dan mengantisipasi hasilnya. Siswa dapat menulis, menciptakan, mengembangkan, mendesain, dan menyintesis. 
Pada tingkat akhir yakni evaluasi, siswa membuat keputusan. Siswa membentuk dan menawarkan opini; menilau dan mengapresiasi. Siswa dapat memutuskaan kebaikan gagasan, suatu solusi bagi suatu problem, atau suatu karya estetika. Siswa bisa juga menawarkan suatu opini berdasarkan pada sejumlah standar.

4. Asesmen Keterampilan Menulis
     Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Dalam menulis dilibatkan berbagai aspek kebahasaan yang meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengelohan gagasan, dan pengembangan model karangan. Untuk mengetahui kemampuan menulis seseorang diperlukan adanya asesmen dengan menggunakan alat ukur tes menulis. Dalam tes menulis, unsur kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu diceematu, disamping isi pesan yang diungkapkan yang merupakan inti dari hakikat sebagai bentuk penggunaan bahasa yang aktif-produktif. 
       Tes menulis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan diskret, pendekatan integratif, dan pendekatan pragmatik atau komunikatif. Asesmen kemampuan menulis dapat dibuat dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk asesmeb kemampuan menulis tersebut adalah sebagai berikut. 
a) Tes Unsur-unsur Kemampuan Menulis
b) Menulis Reproduksi
c) Menulis Produksi

B. ASESMEN ASPEK KESASTRAAN

1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan
     Kemampuan mendengarkan adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain yang disampaikan lewat suara, baik langsung maupun tidak langsung lewat media tertentu. Kegiatan asesmen yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran merupakan bagian teknik pembelajaran. Bahan yang diperdengarkan tentulah yang berkaitan dengan wacana kesastraan. Pengungkapan kemampuan mendengarkan itu dapat berwujud latihan-latihan mengerjakan tugas tertentu, misalnya berupa tanya jawab singkat mengenai wacana sastra yang didengarkan dan mengungkapkan kembali pemahaman siswa secara lisan dan tertulis. Asesmen kompetensi kesastraan lewat mendengarkan yang dilakukan secara khusus dapat dilakukan antara lain dengan cara : setelah mendengarkan wacana, siswa diberi soal ujian objektif dan mengungkapkan kembali isi wacana secara lisan maupun tertulis. Penentuan ketepatan jawaban siswa dilihat dari aspek gagasan dan bahasa. Cara pengujian dengan cara mengungkapkan kembali juga dapat dipandang sebagai bagian dari ujian kemampuan berbicara dan menulis.

2. Asesmen Keterampilan Berbicara
     Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara lisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta untuk menampilkan kemampuan apresiasi sastranya secara lisan. Tugas ini dapat dilakukan misalnya dengan cara mengungkapkan atau menceritakan kembali secara lisan isi teks sastra yang diperdengarkan dan atau yang dibaca dan kemudian diikuti tugas berdiskusi. Walau dalam rangka ujian kesastraan, ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang mempertimbangkan aspek kosakata dan gramatikal. Pengembangan soal ujian pada umumnya berangkat dari kegiatan tulis-menulis sehingga tugas lisan tidak dapat diakomodasi secara bersamaan. Oleh karena itu, ujian kemampuan apresiasi lewat saluran lisan ini lebih praktis dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Asesmen Keterampilan Membaca 
     Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain yang disampaikan lewat tulisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta membaca, memahami, dan kemudian menunjukkan hasil pemahamannya terhadap teks-teks kesastraan dengan mempergunakan indikator-indikator tertentu. Penyadapan kemampuan membaca yang sebagai bagian kegiatan pembelajaran adalah menjadi bagian teknik pembelajaran, misalnya berupa latihan-latihan melakukan aktivitas tertentu sehingga siswa tidak merasakannya sebagai ujian, seperti tanya jawab singkat mengenai wacana, menjawab pertanyaan-pertanyaan bacaan yang biasanya disediakan, mengungkapkan kembali pemahaman isi wacana secara lisan dan tertulis. Kemampuan membaca yang dilatihkan untuk teks-teks kesastraan dapat berupa membaca puisi (poetry reading), deklamasi, membaca cerpen (novel), dan membaca drama. 
Asesmen kemampuan membaca yang diselenggarakan secara khusus dapat dilakukan dengan cara : (1) ujian tulis pemahaman bacaan sastra dengan bentuk soal objektif dan esai, dan (2) ujian pemahaman bacaan secara lisan dan tertulis, yaitu dengan meminta siswa untuk mengungkapkan kembali isi wacana. Cara pengujian yang kedua sekaligus dapat dipandang sebagai bagian dari ujian kemampuan berbicara dan menulis.

4. Asesmen Keterampilan Menulis
  Kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis. Untuk menulis sebagai tugas tes kesastraan, siswa juga harus benar-benar diharuskan menulis. Secara umum ada dua macam tugas menulis yang dapat diberikan, yaitu (1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif. Bentuk tugas yang pertama misalnya berupa membuat paraphrase puisi, membuat sinopsis novel dan cerpen, menuliskana kembali cerita drama atau sinetron yang didengar atau dilihatnya, menuliskan kembali puisi dan fiksi dengan sudut pandang lain, menyadur fiksi menjadi drama atau sebaliknya, dan lain-lain. Bentuk tugas yang kedua misalnya berupa tugas menulis puisi, cerita (pendek), atau drama sederhana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa

Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia